Kamis, 02 Februari 2012

Amalan Paling Ringan, Berpahala Paling Besar

Setiap orang muslim di antara kita tentu menginginkan berumur panjang supaya bertambah kebaikannya. Seperti yang disabdakan oleh Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam tatkala beliau ditanya, “Siapakah orang yang paling baik itu?” Beliau menjawab “Yaitu orang yang panjang umurnya dan baik amalannya.” (HR. at-Tirmidzi dan Ahmad).
Kehidupan di dunia ini merupakan tempat untuk menambah dan memperbanyak amalan-amalan yang baik agar manusia bahagia setelah kematiannya serta rela dengan apa yang ia kerjakan.
Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memberitahukan bahwa umur umatnya ini antara enam puluh sampai tujuh puluh tahun, mereka tidak seperti umur umat sebelumnya. Tetapi beliau telah menunjukkan mereka kepada perbuatan maupun ucapan yang dapat mengumpulkan pahala yang banyak dengan amalan yang sedikit lagi mudah, yang dapat menggantikan manusia dari tahun-tahun yang berlalu jika dibandingkan dengan umur sebelumnya. Inilah yang dinamakan dengan “al-A’maal al-Mudhoo’afah” (amalan-amalan yang berlipat ganda) yang tidak semua orang mengetahuinya.
Oleh karena itu, saya hendak menyebutkan sebagian besar dari amalan-amalan yang mudah lagi berlipat ganda tersebut pada tulisan yang singkat ini. Dengan harapan agar setiap orang di antara kita menambah umurnya (dengan amalan) yang produktif dalam kehidupan dunia ini. Agar tergolong dari orang-orang yang mengerti (untuk mengambil) selanya, (kata pepatah :) “Darimanakah bahu (hewan sembelihan itu) dimakan”. Maka mereka memilih dari amalan-amalan tersebut mana yang paling ringan (dikerjakan) oleh jiwa dan paling besar pahalanya. Orang seperti ini bagaikan orang yang mengumpulkan permata-permata yang berharga dari dasar laut sementara manusia yang lain (hanya) mendapatkan ombaknya saja.
Berikut ini akan kami sebutkan amalan-amalan maupun ucapan-ucapan secara berurutan dan singkat, dengan disertai dalil dari setiap ucapan atau amalan yaitu dalil-dalil dari Kitabulloh atau dari hadits-hadits yang shohih dan hasan. Alloh-lah Yang Maha Pemberi taufiq untuk setiap kebaikan.

1.      Silaturahmi. Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Barangsiapa ingin dilapangkan rejekinya dan dipanjangkan umurnya, maka hendaknya menyambung (tali) silaturahminya.” (HR. al-Bukhori dan Muslim).

2.      Berakhlak yang mulia, Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :
“Silaturahmi, berbudi mulia, dan ramah pada tetangga (dapat) mendirikan kabilah dan menambah umur.” (HR. Ahmad dan al-Baihaqi).

3.      Memperbanyak sholat di “Haromain Syarifain”, berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
“Sholat di masjidku ini (Masjid Nabawi) lebih baik dari seribu (sholat) daripada yang lain kecuali Masjid Harom, dan sholat di Masjid Harom itu lebih baik dari seratus ribu (sholat) dari pada yang lain.” (HR. Ahmad dan Ibnu Majah).

4.      Sholat berjamaah bersama imam, berdasarkan sabda Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
“Sholat berjamaah itu lebih baik dari pada sholat sendiri dengan dua puluh tujuh derajat.” (HR. al-Bukhori dan Muslim).
Adapun perempuan sholat di rumah, dan hal itu lebih baik dari pada mereka sholat di masjid, walaupun di Masjid Nabawi. Berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada Ummu Humaid radhiyallahu ‘anha–salah satu dari shohabiyat, “Aku tahu bahwa kamu senang sholat bersamaku, tapi sholatmu di rumahmu itu lebih baik bagimu daripada sholatmu di kamarmu. Dan sholatmu di kamarmu itu lebih baik bagimu dari pada sholatmu di tempat tinggalmu. Dan sholatmu di tempat tinggalmu lebih baik bagimu daripada sholatmu di masjid kaummu. Dan sholatmu di masjid kaummu lebih baik bagimu daripada sholatmu di masjidku (Masjid Nabawi).” (HR. Ahmad).
Lalu setelah ini beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam sholat di penghujung rumahnya di tempat yang  gelap sampai beliau menemui ajalnya.

5.      Melaksanakan sholat nafilah (sunnah) di rumah, berdasarkan sabda beliau        “Keutamaan sholat seseorang laki-laki di rumahnya dengan sholat yang dilihat oleh orang banyak seperti halnya keutamaan sholat fardhu atas sholat sunnah.” (HR. al-Baihaqi dan dishohihkan oleh al-Albani rahimahullah).
Bukti yang menguatkan hal itu juga sabda Rosulloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadits shohih :
“Sebaik-baiknya sholat seseorang adalah di rumahnya kecuali sholat wajib.” (HR. al-Bukhori dan Muslim)

6.      Berhias dengan beberapa adab pada hari Jumat, yaitu yang terdapat pada sabdanya        :
“Barangsiapa mandi (janabat) pada hari Jumat, kemudian berangkat di awal waktu, mendapatkan khutbah pertama, berjalan kaki tidak naik kendaraan, mendekati imam, mendengarkan khutbah dan tidak berbicara, maka baginya setiap langkahnya adalah (bagaikan) amalan setahun dari pahala puasa dan sholat (tarawih)nya.” (HR. Ahlus Sunan).
Artinya “ghossala” adalah membasuh kepalanya, dan ada yang mengartikannya sebagai menggauli istrinya agar pandangannya tidak melihat yang haram pada hari itu. Sedang arti “bakkaro” adalah berangkat (ke masjid) di awal waktu. Dan ”Ibtakaro” adalah mendapatkan khutbah pertama.

7.      Sholat Dhuha, berdasarkan sabdanya Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Bila masuk waktu pagi maka setiap jari-jari tangan kamu ada kewajiban shodaqoh, lalu setiap (bacaan) tasbih adalah shodaqoh, tahmid adalah shodaqoh, tahlil adalah shodaqoh, takbir adalah shodaqoh, amar ma’ruf adalah shodaqoh, nahi mungkar adalah shodaqoh, dan cukup dari itu semuanya dengan sholat dua rakaat waktu Dhuha.” (HR. Muslim).
Makna “sulamaa” adalah lipatan-lipatan organ tubuh seseorang yang berjumlah tiga ratus enam puluh lipatan / engsel.
Sebaik-baiknya waktu sholat Dhuha adalah ketika matahari sangat panas, berdasarkan sabdanya Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ”Sholat orang-orang yang bertobat itu ketika anak unta terasa sangat panas.” (HR. Muslim).
Maksudnya, tatkala anak unta itu berdiri dari tempatnya karena terik matahari yang sangat panas.

8.      Menghajikan orang lain atas biayanya setiap tahun, berdasarkan sabdanya  Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Kerjakanlah haji dan umroh itu berturut-turut, karena sesungguhnya ia (dapat) menghilangkan kefakiran dan dosa seperti ubupan (alat peniup api) tukang besi yang menghilangkan karat besi, emas, dan perak.” (HR. At-Tirmidzi dan dishohihkan oleh al-Albani rahimahullah).
Kadang-kadang seseorang tidak bisa melakukan haji setiap tahun. Oleh karena itu, hendaknya ia menghajikan orang lain atas biayanya- yang mampu badannya (dalam mengadakan perjalanan ke Baitulloh).

9.      Sholat setelah terbitnya matahari, berdasarkan sabdanya Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
“Barangsiapa sholat Subuh dengan berjamaan (di masjid), kemudian ia duduk sambil berdzikir kepada Alloh sampai terbitnya matahari, lalu sholat dua rakaat, maka baginya seperti pahala ibadah haji dan umroh yang sempurna, yang sempurna, dan yang sempurna.” (HR. At-Tirmidzi dan dishohihkan oleh al-Albani rahimahullah)

10.  Menghadiri halaqoh-halaqoh ilmu di masjid, berdasarkan sabdanya Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ”Barangsiapa berangkat ke masjid dia tidak menginginkan kecuali untuk belajar sesuatu kebaikan atau mengajarkannya, maka baginya adalah seperti pahala orang yang beribadah haji dengan sempurna.” (HR. Ath-Thobroni dan dishohihkan oleh al-Albani rahimahullah)

11.  Melaksanakan umroh pada bulan Romadhon, berdasarkan sabdanya Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Umroh di bulan Romadhon sama dengan haji bersamaku.” (HR. Al-Bukhori).

12.  Melaksanakan sholat lima waktu di masjid, berdasarkan sabdanya Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
“Barangsiapa keluar dari rumahnya dalam keadaan suci untuk sholat fardhu, maka pahalanya seperti pahala haji.” (HR. Abu Dawud dan dihasankan oleh al-Albani rahimahullah).
Dan yang lebih utama agar keluar dari rumahnya sudah dalam keadaan suci, bukan bersuci di masjid, kecuali dalam keadaan terpaksa dan darurat.

13.  Hendaknya berada di shof yang pertama, berdasarkan ucapan ’Irbadh bin Sariyah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam memintakan ampunan (kepada Alloh) bagi orang yang berada di shof yang pertama ”tiga kali”, dan shof yang kedua ”satu kali”. (HR. An-Nasa’i dan Ibnu Majah).
Dan berdasarkan sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga, “Sesungguhnya Alloh dan malaikatNya membacakan sholawat kepada orang-orang yang berada di shof pertama.” (HR. Ahmad dengan sanad yang baik).

14.  Sholat di masjid Quba, berdasarkan sabda Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
“Barangsiapa bersuci dari rumahnya, kemudian ia datang ke Masjid Quba, lalu sholat di dalamnya, maka baginya seperti pahala umroh.” (HR. An-Nasa’i dan Ibnu Majah).

15.  Menjadi mu’adzin (tukang adzan), berdasarkan sabdanya Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Tukang adzan itu akan diampuni (dosanya) sepanjang suaranya (terdengar), dan dibenarkan oleh orang yang mendengarkannya, baik basah maupun kering, dan juga baginya pahala orang yang sholat bersamanya.” (HR. Ahmad dan an-Nasa’i).
Apabila anda tidak dapat menjadi tukang adzan, maka paling tidak anda harus mendapatkan pahala yang setimpal dengannya, yaitu amalan berikut.

16.  Agar mengucapkan seperti yang dikatakan oleh mu’adzin itu, berdasarkan sabdanya Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Katakanlah seperti yang dikatakan oleh mu’adzin. Bila kamu sudah selesai, maka mohonlah (kepada Alloh) niscaya Dia akan memberimu.” (HR. Abu Dawud dan an-Nasa’i).
Maksudnya, memohonlah setelah kamu selesai menjawab mu’adzin itu.

17.  Puasa Romadhon dan enam hari di bulan Syawwal setelahnya, berdasarkan sabdanya Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Barangsiapa pusa Romadhon kemudian diikuti enam hari di bulan Syawwal, maka (pahalanya) seperti puasa setahun.” (HR. Muslim).

18.  Puasa tiga hari setiap bulan (tanggal 13, 14, dan 15, bulan Qomariyah), berdasarkan sabdanya Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ”Barangsiapa puasa tiga hari dari setiap bulan, maka itulah (pahalanya seperti) puasa setahun.”
Kemudian Alloh menurunkan firmanNya sebagai pembenaran dalam KitabNya, “Barangsiapa membawa amal yang baik , maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya.” (QS. Al-An’an : 160) “Satu hari sama dengan sepuluh hari.” (HR. at-Tirmidzi).

19.  Memberikan makanan untuk berbuka puasa bagi orang-orang yang berpuasa, berdasarkan sabdanya Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ”Barangsiapa memberikan makanan untuk berbuka puasa bagi orang-orang yang berpuasa, maka baginya seperti pahala tanpa dikurangi sedikitpun dari pahala orang yang berpuasa itu.” (HR. at-Tirmidzi dan Ibnu Majah).

20.  Sholat pada malam “Lailatul Qodr”, berdasarkan firman Alloh Ta’ala, ”Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.” (QS. Al-Qodr : 3).

Maksudnya, lebih baik daripada ibadah selama delapan puluh tiga tahun.

21.  Jihad, berdasarkan sabdanya Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Kedudukan seseorang yang shof (jihad) fi sabilillah lebih baik daripada ibadah enam puluh tahun.” (HR. al-Hakim dan dishohihkan oleh al-Albani rahimahullah)
Hal ini merupakan keutamaan kedudukan / posisi dalam shof (jihad), lalu bagaimana dengan orang yang berjihad fi sabilillah dalam tempo berhari-hari, berbulan-bulan, atau bahkan bertahun-tahun.

22.  Ar-Ribath (bersiap siaga di perbatasan musuh), berdasarkan sabdanya Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Barangsiapa tetap bersiap-siaga  ( di perbatasan musuh) fi sabilillah dalam satu hari satu malam, maka baginya pahala seperti puasa satu bulan penuh dengan sholat malamnya. Dan barangsiapa meninggal dalam keadaan bersiap-siaga, maka baginya seperti itu juga pahalanya, dan ia diberikan rejeki, serta diamankan dari fitnah (siksa kubur).” (HR. Muslim).

23.  Amal sholih pada sepuluh hari pertama di bulan Dzulhijjah, berdasarkan sabdanya Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Tidak ada hari-hari di mana amal sholih yang dilakukan dalam sepuluh hari pertama (di bulan Dzulhijjah) lebih dicintai oleh Alloh dari hari-hari lainnya.” Para sahabat berkata, “Wahai Rosululloh, tidakkah jihad di jalan Alloh lebih utama?” Beliau menjawab, “Tidak juga berjihad di jalan Alloh, kecuali seseorang yang keluar dengan diri dan hartanya, dan tidak kembali darinya dengan membawa sesuatu.” (HR. al-Bukhori).

24.  Mengulang-ulangi beberapa surat al-Qur’an, berdasarkan sabdanya Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
“Surat ‘al-Ikhlash’ sama dengan sepertiga al-Qur’an dan Surat al-Falaq’ sama dengan seperempat al-Qur’an.” (HR. At-Thobroni dan dishohihkan oleh al-Albani rahimahullah)

25.  Berdzikir yang pahalanya berlipat ganda dan hal ini banyak (macamnya).
Di antaranya bahwa Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika keluar dari (rumah istrinya), Ummul Mukminin Juwairiyah radhiyallahu ‘anha di saat pagi hari ketika beliau sholat Subuh, sedang dia berada di tempat sholatnya. Kemudian Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam pulang setelah sholat Dhuha sementara Ummul Mukminin sedang duduk (di tempat sholatnya), seraya beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bertanya, ”Masihkah engkau dalam keadaan yang tatkala aku tinggalkan?” Ummul Mukminin menjawab, ”Ya, benar.” Lalu beliau bersabda, ”Aku telah mengucapkan empat kalimat tiga kali setelahmu, seandainya kalimat-kalimat itu ditimbang dengan apa yang kamu ucapkan mulai hari ini, pasti (kalimat-kalimat itu) akan lebih berat, yaitu : ”Maha Suci Alloh, aku memuji-Nya sebanyak bilangan makhluk-Nya, sejauh kerelaanNya, seberat timbangan ’Arsy-Nya, dan sebanyak tinta tulisan kalimat-Nya.” (HR. Muslim).
Abu Umamah radhiyallahu ‘anhu berkata bahwa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam melihatku sedang aku menggerakkan bibirku lalu beliau bertanya, ”Apa yang kamu ucapkan, wahai Abu Umamah?” Saya menjawab, ”Saya berdzikir dan menyebut Alloh.” Kemudian (beliau mengajariku) lalu bersabda, ”Maukah kamu aku tunjukkan kepada yng lebih banyak (pahalanya) dalam berdzikir kepada Alloh di siang hari dan malam hari? Maka ucapkanlah :
”Segala puji bagi Alloh sebanyak bilangan apa yang Dia ciptakan. Segala puji bagiNya sepenuh apa yang Dia ciptakan. Segala puji bagiNya sebanyak apa yang (terdapat) dalam langit dan bumi. Segala puji bagiNya sebanyak apa yang terhitung dalam kitabNya. Segala puji bagiNya sepenuh apa yang terhitung dalam kitabNya. Segala puji bagiNya sebanyak bilangan segala sesuatu. Dan segala puji bagiNya sepenuh segala sesuatu.”
Dan hendaklah kamu bertasbih kepada Alloh seperti itu.” Lalu beliau meneruskan sabdanya, ”Pelajarilah (doa-doa itu) dan ajarilah orang-orang setelahmu.” (HR. Ath-Thobroni dan dishohihkan oleh al-Albani rahimahullah)

26.  Istighfar yang berlipat ganda, berdasarkan sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ”Barangsiapa memintakan ampunan bagi orang-orang mukmin maupun mukminah, maka Alloh akan menulis baginya dari setiap orang mukmin maupun mukminah sebagai satu kebajikan.” (HR. Ath-Thobroni dan dishohihkan oleh al-Albani rahimahullah)

27.  Melaksanakan kepentingan manusia, berdasarkan sabda beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Sesungguhnya bila aku berjalan dengan saudaraku muslim untuk memenuhi suatu hajatnya lebih saya cintai daripada saya beri’tikaf di masjid selama satu bulan.” (HR. Ibnu Abi Dun-yaa  dan dihasankan oleh al-Albani rahimahullah)

28.  Perbuatan-perbuatan yang pahalanya senantiasa mengalir sampai setelah mati yaitu yang dijelaskan dalam hadits beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Ada empat macam pahala yang selalu mengucur (pahalanya walaupun) setelah meninggal : [1] Seseorang yang selalu siap siaga (di perbatasan musuh) di jalan Alloh. [2] Seseorang yang mengajarkan suatu ilmu, maka pahalanya akan selalu mengucur selama ilmu itu diamalkan. [3] Seseorang yang memberi shodaqoh, maka pahalanya akan selalu mengucur (kepadanya) selama (shodaqoh tersebut) dipergunakan. [4] Seorang ayah yang meninggalkan anak yang sholih yang mendoakan kepadanya.” (HR. Ahmad dan ath-Thobroni).

29.  Mempergunakan waktu, hendaknya seorang muslim menggunakan waktunya dengan ketaatan (kepada Alloh). Seperti membaca al-Qur’an, berdzikir, ibadah, mendengarkan kaset-kaset yagn bermanfaat, agar waktunya tidak sia-sia belaka dan agar ia tidak dilalaikan di mana saat itu tidak bermanfaat lagi kelalaian, seperti yang disabdakan oleh Rosululloh Shallallahu ‘alaihi wa sallam :
“Dua nikmat yang (sering) dilupakan oleh kebanyakan orang, yaitu kesehatan dan kekosongan (waktu).” (HR. Al-Bukhori).
Alloh-lah Yang Maha Memberikan taufiq kepada kita semua agar umur kita dipanjangkan olehNya dalam kebaikan. Dan dapat mempergunakan kesempatan-kesempatan yang berlipat ganda (pahalanya), di mana kebanyakan orang melalaikannya.


Ustadz Farid Muhammad al-Bathothy, Lc (Dosen STAI Ali bin Abi Thalib Surabaya)
Sumber: Majalah Adz-Dzakhiirah Edisi 70 :: Vol. 9 No. 04 :: 1432H/2011M